
Tutut Soeharto Serahkan 10 Perahu untuk Nelayan Korban Tsunami
LAMPUNG — Puteri sulung presiden HM. Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau akrab disapa Mbak Tutut Soeharto sebagai ketua YDGRK Siti Hartinah Soeharto hadir untuk kedua kalinya ke Lamsel. Kehadirannya sebagai bentuk kepedulian terhadap korban bencana tsunami yang melanda daerah tersebut pada Sabtu (22/12/2018) lalu.
Kedatangan pertama kali ke Kalianda Lamsel berlangsung pada 29 Desember 2018 dengan memberikan bantuan berupa paket sembako yang langsung diserahkan kepada Plt Bupati Lamsel Nanang Ermanto.
Pada kedatangan kedua Yayasan Dana Gotong Royong dan Kemanusiaan (YDGRK) Siti Hartinah Soeharto, mbak Tutut Soeharto mendorong sektor usaha perikanan tangkap melalui bantuan perahu. Bantuan dari yayasan tersebut berupa 10 perahu nelayan untuk komunitas nelayan tradisional pesisir Lamsel .
Tutut Soeharto menyebut bantuan tersebut sebagai bentuk kepedulian YDGRK Siti Hartinah Soeharto kepada nelayan agar bisa melaut kembali. Meski proses melaut kembali tersebut dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Bantuan tersebut diharapkan bisa bermanfaat dan berhasil guna mendorong kehidupan keluarga nelayan yang lebih baik di masa mendatang.
“Semoga bantuan yang diberikan kepada nelayan bisa kembali menghidupkan sektor usaha bagi nelayan tangkap,” papar Tutut Soeharto saat penyerahan bantuan perahu nelayan dari YDGRK Siti Hartinah Soeharto di desa Way Muli Timur, Senin (28/1/2019).
Berdasarkan sejarah YDGRK Siti Hartinah didirikan oleh almarhum HM Soeharto dan almarhumah Tien Soeharto pada tahun 1986. Semenjak didirikan YDGRK Siti Hartinah Soeharto telah berperan aktif membantu masyarakat yang terkena musibah bencana alam di sejumlah provinsi Indonesia.
Hingga Januari 2019 YDGRK telah memberikan sumbangan bencana alam sebesar Rp63 Milyar untuk sebanyak 1.088 lokasi bencana pada 808 kali kejadian di 34 provinsi di Indonesia.
Sementara itu, sejumlah nelayan di desa Way Muli Timur, kecamatan Rajabasa Lampung Selatan (Lamsel) mengaku terharu dengan bantuan perahu bagi mereka.
Solihin, salah satu penanggungjawab koperasi nelayan desa Way Muli Timur menyebutkan, tsunami pada Sabtu (22/12/2018) malam menyebabkan sejumlah nelayan kehilangan mata pencaharian. Selama satu bulan usai tsunami sejumlah nelayan bahkan masih mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal.
“Bantuan ini sangat bernilai bagi nelayan yang akan kembali bekerja mencari ikan,” sebutnya.

Solihin juga menyebutkan, pemberian bantuan perahu melalui koperasi akan dipergunakan oleh anggota. Nelayan yang menerima bantuan perahu tersebut bahkan sepakat membentuk Koperasi Nelayan Syariah Berkarya.
“Bantuan konkrit yang kami tunggu sebagai nelayan tentunya sarana untuk melaut berupa perahu dan beruntung harapan kami dijawab oleh ibu Tutut Soeharto. Awalnya kami anggap mustahil tapi ternyata perahu sudah ada di Way Muli, lengkap bisa digunakan,“ terang Solihin.
Bantuan perahu 13 PK berukuran 12 meter lebar 1,5 meter dengan cadik atau sayap sesuai dengan alat tangkap yang kerap dipergunakan. Nelayan juga mengharapkan ada bantuan berupa pancing, jaring serta perlengkapan lain untuk melaut.
Nelayan lain, Zainudin selaku nelayan tradisional di desa Way Muli Timur menyebut saat tsunami nelayan miliknya hancur. Bantuan perahu disebutnya akan berguna untuk kegiatan melaut kembali di perairan Selat Sunda.

Selain bantuan perahu, ia mengaku berharap Yayasan Dana Gotong Royong dan Kemanusiaan juga bisa memberikan bantuan berkelanjutan.
“Bantuan berkelanjutan tentunya sangat diperlukan agar nelayan bisa tetap berusaha karena kami belum memiliki modal,” beber Zainudin.