
Tutut Soeharto Apresiasi Pemkab Lamsel Tangani Pengungsi Tsunami
LAMPUNG – Siti Hardiyanti Rukmana atau akrab pula disapa Mbak Tutut Soeharto, mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) dalam upaya penanganan pengungsi bencana alam.
Di rumah dinas bupati Lampung Selatan yang dijadikan posko tanggap darurat bencana alam, Tutut Soeharto melihat proses penanganan pendistribusian bencana alam ke sejumlah wilayah.
Koordinasi lintas sektoral dalam penanganan bencana alam disebutnya dilakukan dalam masa tanggap darurat hingga proses pemulihan pasca bencana.
Tutut Soeharto yang merupakan pengurus Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK) Siti Hartinah Soeharto didampingi Sekretaris YDGRK, Muhammad Yarman, juga melihat kondisi terkini bencana tsunami melalui video dan foto-foto di posko penanganan tanggap darurat bencana.
Melalui foto dan video kondisi terdampak tsunami, Mbak Tutut melihat kondisi wilayah pesisir Lamsel yang rusak. Selain kerusakan sejumlah bangunan, Mbak Tutut juga mendapat informasi terkait korban meninggal, luka-luka serta jumlah pengungsi.
“Pengurus yayasan menyampaikan simpati dan prihatin mendalam atas musibah bencana tsunami di Selat Sunda. Khususnya di wilayah Lampung Selatan sehingga sebagian harus kehilangan lokasi tempat tinggal dan mengungsi,” terang Mbak Tutut Soeharto di posko induk rumah dinas bupati Lampung Selatan, Sabtu (29/12/2018).
Tutut Soeharto yang didampingi oleh pelaksana tugas bupati Lampung Selatan, Nanang Ermanto, bahkan sempat mengunjungi relawan di posko utama. Nanang sempat memperlihatkan sejumlah bantuan yang terus berdatangan dari sejumlah wilayah di Lampung dan provinsi lain.
Sejumlah relawan disebutnya juga ikut makan nasi bungkus yang dimasak dari sejumlah posko dapur umum bagi kebutuhan relawan.
Tutut Soeharto pun melihat secara langsung kondisi pengungsi di lapangan tenis indoor Kalianda yang berasal dari Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa. Bersama dengan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lamsel, Winarni, putri sulung Presiden Soeharto tersebut mengajak menyanyi puluhan anak yang berada di pengungsian.
Sejumlah pengungsi anak yang berasal dari Pulau Sebesi diakuinya mengalami trauma. Meski trauma yang cukup besar dialami oleh para orangtua.
“Pak bupati beserta jajaran sudah menangani para pengungsi dengan sangat baik. Saya lihat tadi penanganan kesehatan, makananan serta berbagai keperluan telah dijamin. Anak-anak juga dibangun mentalnya pasca kejadian tsunami,” terang Mbak Tutut.

Plt Bupati Lamsel, Nanang Ermanto, saat dikonfirmasi mengenai penanganan pengungsi menyebut, prioritas penanganan bencana dilakukan untuk masa tanggap darurat. Tahap penanganan masa tanggap darurat dilakukan dengan penambahan waktu sepekan, sehingga penanganan dilakukan selama dua pekan.
Terkait rencana relokasi warga di Pulau Sebesi, ia menyebut, semua unsur sudah dilibatkan untuk pembuatan shelter sementara pada fase pemulihan pasca tanggap darurat.
Ia menyebut, penanggulangan bencana akibat Gunung Anak Krakatau (GAK) telah dibagi dalam tiga fase di antaranya tanggap darurat, pemulihan pasca tanggap darurat dan pembangunan kembali.
Pada masa fase tanggap darurat, Nanang Ermanto yang sudah berkoordinasi dengan sejumlah unsur menyebut, logistik berupa makanan sementara sudah berlimpah. Jadi bantuan dalam bentuk logistik makanan sementara belum diperlukan lagi.
Kebutuhan akan obat-obatan masih sangat diperlukan, meski sudah cukup karena bantuan obat dan tim medis sudah disiagakan.
“Pemkab Lamsel juga sudah melakukan koordinasi terkait relokasi memperhatikan wilayah pantai yang akan tetap rawan selama Gunung Krakatau aktif,” terang Nanang Ermanto.
Terkait rencana relokasi tersebut, Pemkab Lamsel pada fase pembangunan kembali akan memerlukan lahan untuk relokasi. Lahan yang tepat harus ditempatkan pada lokasi pada dataran tinggi. Namun kendala pemerintah daerah hanya memiliki wilayah di Kalianda dengan kondisi profesi warga sebagai nelayan tidak bersedia dipindahkan.
Penataan dan pembangunan rumah termasuk aspek lingkungan hidup juga akan dibahas setelah kondisi kondusif.
Penanganan penanggulangan bencana yang berbeda dengan wilayah lain karena penyebabnya juga berbeda. Hal ini menjadi perhatian pemerintah. Diperlukan energi dan sumberdaya yang besar sehingga risiko bencana lebih besar bisa dihindari.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan, I Ketut Sukerta, saat dikonfirmasi menyebut, upaya penanganan tanggap darurat diharapkan bisa memulihkan kondisi wilayah terdampak tsunami.

Sejumlah pengungsi asal Pulau Sebesi yang sebagian memilih untuk keluar dari pengungsian dan pindah sementara di Pulau Jawa diakuinya juga sudah dilakukan.
I Ketut Sukerta mengaku, sudah berkoordinasi dengan pihak Dinas Perhubungan dan PT ASDP Indonesia Ferry untuk penyediaan angkutan secara gratis. Pendataan sebelumnya dilakukan untuk mengetahui warga asal Pulau Sebesi yang secara mandiri memilih mengungsi di rumah sanak keluarga yang ada di Pulau Jawa.
Sesuai data korban meninggal dampak tsunami di Lamsel hingga Sabtu (29/12) mencapai 117 jiwa berasal dari sejumlah kecamatan di Lamsel di antaranya Kalianda, Rajabasa, Bakauheni dan Penengahan.
Warga yang dinyatakan hilang berjumlah 10, korban luka-luka sebanyak 2.462, rumah rusak berat 494 unit, rusak sedang 70 unit dan rusak ringan 94 atau total kerusakan mencapai 658 unit. Total pengungsi yang ada di Lamsel akibat tsunami tercatat sebanyak 7.880 jiwa.