Satu persatu atlit mantan penderita kusta itu datang. Mereka mewakili provinsinya masing-masing ke Tanggerang. Saya diantar oleh Pak dr. Ignatius Haryanto S., Direktur RS. Kusta Sitanala Tangerang, beserta stafnya, mengunjungi para atlit Pekan Olahraga Penyandang Kusta Nasional (PORPENTANAS). Terpancar rasa bangga dan bahagia di wajah mereka.
Seolah-olah mereka berkata:
Aku bukan lagi orang yang tersisih dan terbuang,
Aku tak lagi terpasung derita,
Gelisah pun tak lagi menyapa,
Aku kini punya bintik harapan,
Bahagia hanya yang ada,
Menuju masa depan,
Yang penuh cita dan cinta,
Kesempatan telah KAU berikan ya ALLAH,
Kini selagi kami masih punya waktu,
Berbakti kami padamu negeri,
Berkarya kami bersama.
Untuk lebih mengenal mereka, kami sempatkan dalam setiap kunjungan berbicara dengan mereka, juga makan bersama mereka. Ternyata mereka insan yang penuh semangat dalam menggali kemampuan yang terpendam dalam dirinya selama ini, agar tercapai prestasi yang terbaik.
Baca juga: MEMERANGI LEPROPHOBYA (1): MENEPIS KERAGUAN
Setelah semua persiapan dilakukan, akhirnya datang hari yang ditunggu. Hari dimana para bekas penyandang kusta akan menunjukkan prestasinya dalam PORPENTANAS I yang akan dibuka oleh Ibu dan memperebutkan piala bergilir Ibu Tien Soeharto.
Masyarakat Tanggerang pun berbondong-bondong datang ke stadion Tanggerang untuk menyaksikan lomba olah raga antar bekas penyandang kusta dari seluruh Indonesia.
Baca juga: MEMERANGI LEPROPHOBYA (2): MENEMANI PENDERITA
Hari itu sangat luar biasa, baik bagi masyarakat Tanggerang maupun para penyandang kusta.
Semua atlit sudah berjajar di lapangan sesuai urutan Propinsi masing-masing, menunggu kedatangan ibu untuk membuka PORPENTANAS I.




















Sahabat…, demikianlah sekelumit cerita saya ketika mendampingi para penyandang kusta, melalui penyuluhan dan kegiatan olah raga untuk mengentaskan saudara kita bekas penyandang kusta. Selama ini mereka terpasung di lembah duka, agar bangkit kembali ke lingkungan masyarakat umum dengan penuh percaya diri.
Baca juga: MEMERANGI LEPROPHOBYA (3): TITIK TERANG DI SUDUT HARAPAN
Kabarnya saat ini penderita kusta bertambah lagi di negara kita. Perlu upaya lebih serius meneruskan langkah-langkah pendampingan yang telah kita lakukan selama ini.
Kepada saudara-saudaraku penyandang kusta di seluruh tanah air, jangan berhenti untuk berusaha… Selain obat-obatan, yang dapat menolong adalah kemauan untuk sembuh. Jangan menunggu disapa, tapi buatlah dirimu agar tersapa, karena orang tidak lagi melihatmu berbahaya.
Ya.. Allah… Berilah mereka kekuatan walau beda penampilan. Mereka penuh pengabdian ya Allah… Aamiin.
Pak dr. Haryanto…, terima kasih banyak saya haturkan. Bapak sudah mengajak saya menyelenggarakan PORPENTANAS I. Sehingga saya mengenal dan mempelajari penyakit kusta, dan turut berpartisipasi memerangi Leprophobya.
Penghargaan saya untuk pak Haryanto dan seluruh jajaran Rumah Sakit Kusta Sitanala dan Rumah Sakit Kusta di Indonesia. Mereka telah memberikan pelayanan penuh pengorbanan dengan resiko tinggi, tapi tetap tegak dalam pengabdian bagi sesama. Subhanallah…
Lindungi mereka, para pejuang kemanusiaan itu ya TUHAN. Jauhkan dari segala penyakit… Aamiin.
Baca juga: MEMERANGI LEPROPHOBYA (4): MEREKA JUGA PEMBANGUN BANGSA
Kepada kawan-kawan, baik dari HIPSI, yayasan, organisasi, media, masyarakat… Terima kasih yang dalam atas partisipasi kawan-kawan semua, sehingga saat itu kita dapat membantu pemerintah memerangi Leprophobya. Tanpa kawan-kawan semua saya bukan siapa siapa.
Berilah kemudahan dalam ibadah dan amalnya ya ALLAH, mereka yang telah mengabdi pada negara, khususnya dalam menanggulangi penyakit kusta ini.
Suami, adik-adik dan anak-anakku, yang selama ini tak pernah berhenti mendukung kegiatan saya, khususnya menangani kusta. Terimalah kasihku sepenuh jiwa, seluas nurani. Love you all…
Cintai dan bahagiakan mereka dunia akhirat ya ILLAHI… Aamiin.
Bapak Ibu, sembah sujud ananda dan terima kasih setulus hati, karena selalu membimbing ananda agar menjadi orang yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Satukan bapak ibuku di sorga-MU ya ROBB… Aamiin.
Semoga gairah untuk membantu sesama, termasuk pada penderita kusta, terus menyala dalam bangsa ini.
Semua bisa karena-MU. Puji syukur aku persembahkan pada-MU ya ALLAH.
Yang terbaik kiranya ALLAH berikan pada kita semua… Aamiin
Jakarta, 26 Juni 2018,
Pukul 00.30 dini hari
———————–
Catatan: Pada saat mendampingi penderita kusta, saya menulis sajak “MEROBEK SILAM YANG KELAM“
Ini tulisan sangat edukatif, saya juga baru memahami apa itu kusta dari tulisan ini.
Dalam beberapa tahun belakangan ini memang penyakit kusta mulai lagi bermunculan dan itu bisa lihat dimana mereka terabaikan dengan menjadi pengamen di jalanan walaupun mungkin sekarang tidak terlihat lagi, tapi penyakit ini masih tetap ada dan perlu penanganan yang lebih serius dari pemerintah.
Tentu harus ada yang bisa menggerakkan kembali untuk menyadarkan tentang perlunya program memerangi penyakit kusta.
Terimakasih Mbak Tutut.