Bila aku mengingat cerita ibu, lucu ceritanya. Tetapi selalu penuh motivasi bagaimana kita mengatasi kehidupan. Kisah ini ketika bapak menjadi Danrem di Yogya, kami tinggal di jalan Pugung 4D, rumah dinas bapak.
Ibu bercerita …“Dek semono wuk (waktu itu nak), bapak jadi Danrem, yang nderek (ikut) bapak ibu banyak, adik-adiknya bapak dan adik-adiknya ibu, dan saudara-saudara. Gaji bapak saat itu nggak cukup untuk menyediakan makan orang sebanyak itu. Kalau beras cukup,” ibu merenung sambil tersenyum.
Aku lantas bertanya : “Lalu makan apa bu semuanya, makan bubur ya bu”.

Bapak sambil tersenyum bangga memotong pembicaraan kami : “Ibumu itu pinter dan banyak akalnya. Makanya bapak pilih jadi istri bapak”.
“Walah wong bapak kecele kok, kendel (diam) disik tho pak,” kata ibu menanggapi komentar bapak.
Ibu sambil tersenyum bercerita lagi : “Ora wuk (tidak nak), Ibu cari akal, bagaimana cara memberi makan tanpa harus berpuasa dan makan bubur. Di halaman rumah, ibu tanami cabe, tomat, terong dan beberapa bumbu dapur, seperti jahe, lengkuas, jeruk.”
“Tapi kan nggak bisa langsung dipanen bu,” kata saya.
“Sambil menunggu panen ibu irit banget blonjone, sudah mau habis gajinya, untung cepet panen cabe, soale ibu beli bibitnya wis rodo gede, ibu beli tempe, ibu bikin lodeh tempe tapi cabenya banyak dan kuahnya ibu banyakin,” ibu menjelaskan.
Saya menyela cerita ibu : “Lak cabenya banyak pedes banget tho bu”
Ibu tersenyum : “Memang itu maksudnya, ben pedes dadi ora dientekke. Kabeh podo maem, kata om-om lan tante tante mu, ‘pedes mbakyu… ning enak’. Lauknya satu saja tapi makan banyak semua. Kamu tau wuk, esukke (paginya)”… ibu tidak bisa menahan tertawa terkekeh-kekeh.
“Ada apa bu paginya?”, saya bertanya sambil menebak-nebak.
“Kamar mandinya antri, soale podo mules kabeh,” ibu menjawab sambil tetap tertawa geli.
Kami tidak dapat menahan gelak tertawa. Ibuku memang jempol.
“Tiap hari ibu masakin lodeh tempe, kalau terongnya sudah besar ya ganti lodeh terong, tapi tetep pedes dan banyak kuahnya. Sekali sekali ibu dadarin telor dan bikin sambel bawang. Sing penting semua bisa makan cukup,” cerita ibu.

Saya tanyakan ke ibu : “Kena apa ibu nggak ternak ayam telor bu, jadi kan bisa ambil telornya nggak usah beli?”
Jawab Ibu : “Nggak punya modal buat itu wuk, nggo makan saja kurang.”
“Iya kan pak,” ibu minta penegasan dari bapak.
“Pak kok diem saja tho,” kata ibu ke bapak mulai agak jengkel.
Dengan tersenyum senyum bapak menjawab: “ Lho tadi katanya disuruh diem, sudah boleh bicara tho. Iya betul wuk. Kalau bukan ibumu, kita sudah kelaparan semua.”
Sambil bersungut manja ibu menjawab: “Bapak itu selalu begitu,”
Kenangan manis bapak dan ibu yang selalu memicu saya untuk tidak menyerah dalam keadaan apapun juga. Selama ada kemauan, disitu selalu ada jalan.
Jakarta, 27 Mei 2018
Menjelang Ashar, menunggu berbuka puasa.
Siti Hardijanti Rukmana
KAMI DARI DULU HINGGA SEKARANG … tetap mencintai dan menghormati BAPAK AGUNG dan IBU AGUNG … CINTA DAN HORMAT KAMI TIDAK AKAN PERNAH LUNTUR … selama nya …. aminnnnn
Assalammualaikum….. Ibu SHR, sy jd teringat saat direct acara taping via TPI diacara peringatan HUT Perkawinan Pak Harto dan Ibu Tien di Museum Purnabhakti Pertiwi TMII yg ke 45 TH, kenangan yg tak terlupakan ketika sy di”tepuk” pundak sm (alm) Pak Harto selesai acara dan beliau sempat bertanya ; ” keluargamu sehat ? “……..
Inspiratif sekali mbak…
Beliau Berdua adalah Panutan Sejati
Kita harus selalu berusaha mengikuti dan mencontohnya
Sangat bersahaja.. dermawan..
semoga pahala melimpah mengalir tak terhingga kepada alm Bapak Soeharto dan almh Ibu Tien..
Allahu Akbar…. tidak salah kalau dari duku sampai sekarang saya mengidolakan Bapak Soeharto dan Ibu Tien…. sekarang memang lagi jamannya menghujat beliau, namun sejarah akan membuktikan bahwa Pak Harto dan ibu adalah Pahlawan Negara….
Masyaa Alloh…kenangan indah yg sangat mengharukan mbak….!!kenapa semua catatan ini tidak dibukukan saja mbak….??
Semoga keluarga Pak Harto tetep dslam Rahmat dan hidayahNya
Jujur susah menahan air mata yg jatuh ketika mendengar cerita ini. sejak dahulu saya gak yakin kalau pak Harto itu seperti yg di bicarakan org2. saya pelajari juga kisah2 sejarah orba dan siapa dalang dibalik semua itu seketika saya tahu kalau dalang2nya itu adlh org2 kepercayaan Pak Harto sendiri Jend. Moerdani dkk tapi media mainstram selalu dan terus2an menggiring opini kalau orba itu individu yg disudutkan hanya Pak Harto yg bertanggung jawab padahal otak2nya agen CIA dan munculnya jaringan Pater Beck dan kader2 militannya yg anti islam. saya sedih ketika org2 bicara orba pasti Pak Harto.
Semoga bpk. Suharto ditempatkan disyurganya Allah SWT. amin YRA.
dan kebusukan org2 yg memfitnah Pak Harto segera terungkap.